Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
BATAM

Ledakan Skandal Nongsa Digital Park: Dugaan Pemerasan & Manipulasi Brutal Mengguncang Batam — BP Batam Dianggap Lumpuh, Tutup Mata, dan Tak Berdaya Melawan Investor Asing

8
×

Ledakan Skandal Nongsa Digital Park: Dugaan Pemerasan & Manipulasi Brutal Mengguncang Batam — BP Batam Dianggap Lumpuh, Tutup Mata, dan Tak Berdaya Melawan Investor Asing

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Batam — Ledakan skandal besar kembali mengguncang Nongsa Digital Park. Kali ini intensitasnya bukan lagi “keras”, melainkan menghantam seperti palu godam. PT China Construction Yangtze River Indonesia (CCYRI) kembali menjadi pusat badai setelah muncul dugaan kuat praktik pemerasan, manipulasi brutal nilai kontrak, serta permainan kotor yang diduga merugikan kontraktor lokal hingga miliaran rupiah.

Lebih mengejutkan lagi, laporan resmi yang telah disampaikan kepada BP Batam disebut hanya mendapat respons yang dianggap setara dengan “membentur tembok mati”—dingin, kosong, dan tak memperlihatkan tanda kehidupan.
Kontrak Diduga Dicincang Layaknya Barang Murahan
Dari temuan investigatif dan dokumen yang diperoleh, nilai proyek yang sebelumnya disepakati sebesar Rp5,65 miliardiduga dicincang secara sepihak menjadi hanya Rp2,4 miliar. Pemotongan ekstrem ini dilakukan tanpa alasan teknis, tanpa kajian profesional, dan tanpa dialog.
Sebuah tindakan yang oleh narasumber disebut “lebih kejam daripada pemotongan liar di pasar gelap”.
Lebih dari Rp1,5 miliar hasil pekerjaan test pile dan retensi yang dinyatakan selesai dengan bukti lapangan, justru digantung tanpa kepastian—seolah hak kontraktor lokal bisa diperlakukan seperti sampah.

“Ini bukan sekadar pemotongan. Ini lebih mirip upaya membungkam dan menguras habis hak kami,” tegas narasumber kontraktor.

Pekerjaan Tambahan Diserahkan, Pembayaran Diduga Dipermainkan
Kontraktor telah mengerjakan pemecahan jalan dan pemindahan tiang panjang dengan biaya mandiri, sebuah pekerjaan besar yang menguras tenaga dan modal. Namun pembayaran untuk pekerjaan ini bukan hanya minim, tetapi diduga kembali dipotong tanpa dasar.

Tindakan itu dinilai sebagai bentuk “pelecehan profesional” yang seharusnya tidak terjadi di kawasan ekonomi yang katanya berkelas internasional.
Kesepakatan Tertulis Diduga Diinjak-Injak
Kesepakatan resmi mengenai biaya standby alat berat Rp1,2 miliar, lengkap dengan tanda tangan dan dokumen sah, justru disebut diabaikan begitu saja.
“Naskah yang ditandatangani seolah hanya dianggap kertas kosong,” ujar narasumber.
Setiap kali ditagih, CCYRI diduga mengalihkan isu, memutar arah, dan memainkan taktik yang mengaburkan inti persoalan.
BP Batam: Pengawas, Penonton, atau Bagian dari Masalah?

 

Inilah bagian paling ekstrem dari seluruh skandal ini: BP Batam dan pengelola KEK Nongsa disebut tidak melakukan tindakan apa pun, meski laporan telah disampaikan secara formal.
Publik kini mulai mengajukan pertanyaan yang lebih tajam:

 

* Apakah BP Batam tidak berani menghadapi perusahaan asing sebesar CCYRI?
* Apakah ada kepentingan yang membuat laporan ini “ditidurkan”?
* Mengapa pengawasan hilang ketika kontraktor lokal terinjak?

 

Ketiadaan tindakan dari BP Batam kini dianggap banyak pihak sebagai bentuk kelumpuhan institusional, atau bahkan dugaan pembiaran sistematis yang sangat mencoreng nama Batam.

Iklim Investasi Dibungkus Indah, Tetapi Diduga Busuk di Dalam

Selama ini, Batam dijual sebagai surga investasi, kawasan modern yang terbuka bagi dunia. Namun kasus seperti ini justru memunculkan gambaran sebaliknya:
kontraktor lokal digerus, hak mereka dipangkas, dan institusi yang seharusnya melindungi malah dianggap tak beranjak satu jengkal pun.

Jika dibiarkan, skandal ini bukan sekadar mencoreng reputasi KEK Nongsa—tetapi mengancam reputasi Batam sebagai wilayah yang aman bagi pelaku usaha lokal.

Publik Menuntut Langkah Nyata, Bukan Retorika Kosong

Hingga berita ekstrem ini disusun, CCYRI belum memberikan klarifikasi resmi.
BP Batam pun masih belum memperlihatkan sinyal bahwa kasus ini akan ditangani.
Ketika institusi pengawas dianggap bungkam, publik hanya bisa bertanya:

Siapa yang sebenarnya mereka lindungi? Pengusaha Batam atau kepentingan asing?
Dan sampai kapan permainan seperti ini dibiarkan menginjak martabat kontraktor lokal?

Tim

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *